ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Dariku yang bersedia menyambutmu dengan segenap asa dan rasa, juga suka cita dan cinta.
Ini kali pertama kutuliskan surat untukmu. Semoga kau bersedia membacanya, ya? Meski waktumu sempit, kumohon luangkanlah. Sebenarnya, aku tidak tahu harus memulai dari mana. Rangkaian kata macam apa pula yang pantas kusuguhkan. Tapi, sungguh, aku ingin sekali menyapamu meski hanya lewat rajutan kata tanpa menatap rupa. Meminta sedikit saja waktumu yang mungkin sangat sibuk.
Ya, entah bisikan dari mana nyatanya aku percaya bahwa kau seorang yang disiplin waktu dan pekerja keras. Tidak suka menyiakan waktumu untuk hal-hal yang tanpa manfaat. Seseorang yang masih 'disimpan' layaknya misteri, dengan beribu mimpi yang bersarang di kepalanya dan siap diterbangkan satu demi satu. Semoga lekas terwujud, doaku selalu.
Apa kabar harimu? Bagaimana kesehatanmu? Seberapa berat bebanmu? Bersabarlah. Hadapi dengan hati ikhlas dan pikiran yang jernih serta tenang. Hingga kelak datang masanya bahwa aku 'kan menjadi bagian di hari-harimu. Kelak selain dirimu, akulah yang bertanggung jawab atas kesehatanmu. Kelak aku juga tempatmu berbagi beban yang menggelayuti pundakmu. Di hari yang super sibuk itu, adakah cela waktu untuk sekadar memikirkanku?
Sosok yang mungkin saja belum pernah kautemui, namun nyata ada dan tercipta hanya untukmu seorang. Pernahkah? Jika iya, aku akan sangat tersipu. Kalau belum, atau bahkan kau sedang memikirkan yang lain, itu berarti aku yang masih harus terus berbenah diri agar layak mengisi ruang pikirmu. Tentunya sebagai obat atas penatnya kesibukanmu.
Apa kau tahu? Meski tidak sering, aku sesekali memikirkan tentangmu. Tentang kita. Tentang pertemuan yang masih entah. Tentang rindu yang membuncah dan siap tumpah ruah bagai bencana air bah. Tak terbendung. Juga tentang sunyi yang tiba-tiba merengkuhku kala mengingatmu. Bahkan ingar-bingar dunia tak membuat sang sunyi kendur. Bukan rengkuhan berupa kasih sayang, namun lebih kepada intimidasi yang berisi ejekan seperti, "Dasar wanita kesepian!" katanya.
Tidak masalah, sebenarnya. Sebab aku percaya kau tengah berjuang menemukanku meski kau sendiri tidak menyadari hal itu. Kau yang nanti melepaskanku dari belenggu sepi, sunyi, dan juga rindu itu.
Sejujurnya hingga detik ini aku belum mencintaimu. Juga tidak sedang mencintai siapa-siapa. Masih kapok karena pernah mencintai lelaki yang salah. Yang sebenarnya salahku juga karena tidak sabaran menanti kedatanganmu. Karenanya, datanglah dan temui aku. Jangan biarkan aku layu dalam tangis tergugu karena lelah menunggu.
Datanglah meski kau belum sepenuhnya siap. Karena kesiapan bila terus dipikirkan malah makin tidak siap. Segera, ya? Aku akan menyambutmu dengan suka cita dan hati yang kosong. Siap untuk kau isi.
Dariku, atas nama rindu yang kelak menjadi takdirmu.
0 Response to "Kepadamu, Lelaki Asing yang Kelak Mencintaiku Sepanjang Usia"
Posting Komentar